Dari Editor Hingga Serabutan: Adaptasi di Duatujuh Outdoor

 

Gambar diatas hanya pemanis aja, biar thumbnail disini menarik. aslinya waktu gue pertama bergabung tuh bannernya di bawah ini.

Perjalanan karier gue bisa dibilang dimulai secara nggak sengaja, dan itu semua terjadi di sebuah toko outdoor kecil yang namanya cukup unik, Duatujuh Outdoor. Gue mulai kerja di sana tahun 2022, lokasinya di daerah Taman Narogong, Bekasi Timur. Waktu pertama kali gue dateng, toko ini udah terlihat nyaman dengan koleksi perlengkapan outdoor dari berbagai brand keren kayak Eiger, Consina, Osprey, sampai The North Face. Bisa dibilang, toko ini multi-brand, jadi segala perlengkapan outdoor dari brand lokal sampai internasional ada semua. Rasanya kayak masuk ke surga buat para pecinta alam dan pendaki!

Nah, Duatujuh Outdoor sendiri katanya udah ada sejak tahun 2015, tapi jujur sampai sekarang gue masih belum paham banget kenapa namanya begitu. Bisa jadi ada makna khusus di balik angka "27" ini, atau mungkin ada sejarah panjang yang disimpan si owner, cuma dia dan Tuhan yang tahu. Tapi ya, selama tokonya terus maju, mungkin nama itu punya hoki tersendiri.

Posisi gue di sini sebenernya editor—tapi jangan bayangin kerjaan gue cuma duduk manis di depan Komputer, ya. Di sini, kerjaan gue itu serba campur aduk. Gue mulai dari foto produk, bikin konten video untuk sosmed toko, sampai juga bantu-bantu melayani customer yang lagi cari perlengkapan mendaki atau camping. Namanya juga toko masih ngerintis, Bahkan, nggak jarang gue ikutan packing barang kalau ada yang lagi absen. Kita di toko ini cuma ada berempat, jadi bener-bener rasanya kayak keluarga kecil yang solid.

Nah, kenalin dulu nih anggota "keluarga" kecil gue di Duatujuh Outdoor. Pertama, ada gue sebagai orang keempat yang bergabung di tahun 2022, dengan jobdesk utama sebagai editor. Tapi jangan heran kalau lihat gue lagi di kasir, jadi admin dadakan, atau bahkan angkat-angkat barang, soalnya di sini, semua orang multitasking. Di sebelah gue ada Yudi, dia lebih sering disuruh ngurusin kerjaan serabutan. Mulai dari jadi talent konten, jadi tukang, ngeberesin gudang, sampai peking barang, semua bisa dia kerjain. Kadang gue ngerasa dia itu MVP-nya toko ini karena fleksibilitasnya luar biasa.

Terus, di sebelah Yudi ada cewek namanya Luhmi. Dia adalah karyawan pertama di sini, udah gabung sejak tahun 2020. Jobdesk utamanya itu admin dan pelayanan customer, jadi kalau ada yang cari info atau mau beli barang, dia yang pertama turun tangan. Di sebelah Luhmi, ada Indra—tapi kita semua panggil dia Indro. Dia bergabung di tahun 2021, kerjaannya ngurus sewaan alat camping. Paling ujung ada Jecky, karyawan kedua setelah Luhmi. Jecky gabung di sini juga di tahun 2021, dan dia yang ngajak Indro buat ikutan kerja di sini. Jobdesk utamanya adalah packing barang, dan jujur, dia jago banget soal urusan beres-beres paket.

Sebenarnya masih ada satu lagi, namanya Rizka, dia talent buat konten kita juga. Tapi karena waktu itu dia lagi ada job di luar, jadinya dia nggak ada di foto tim kita. Di sini, Rizka sering bantu kalau kita butuh video atau foto yang lebih profesional, dan skill-nya keren banget!

Gue masih inget banget momen pertama gue masuk di sini, dan itu bener-bener bikin gue ketawa kalau ingat sekarang. Jadi, pas pertama kali gue dateng, ekspektasi gue itu bakal langsung ketemu sama bos buat diskusi jobdesk dan nanya-nanya detail soal kerjaan gue nanti. Eh, ternyata realitanya nggak begitu. Gue nyariin bos di toko, dan yang nemuin gue cuma si admin, Luhmi. Dia cuma bilang, “Oh, ini Bang Ment ya? Pak Bos bilang abang bakal kerja di sini.” Gue iyain, terus dia balik lagi ke komputernya. Gue cuma bisa berdiri di situ, bengong, nggak tahu harus ngapain. Pas gue tanya lagi, dia cuma bilang kalau sebelah toko itu juga bagian dari tempat kita, cuma sekarang jadi gudang.

Karena bingung, gue mutusin buat ke ruangan sebelah. Gue lihat ada tumpukan barang yang berantakan di sana, dan yaudah, karena nggak ada yang lain gue mulai beres-beres aja. Baru 10 menit beresin barang, tiba-tiba ada orang dateng dari lantai atas. Dia nanya, “Ada yang bisa dibantu, Bang?” Gue jawab, “Gue yang kerja di sini.” Eh, dia malah bingung dan bilang, “Lah, saya yang kerja di sini, Bang. Abang siapa?” Gue baru nyadar kata-kata gue salah, jadi gue buru-buru bilang, “Mulai sekarang gue bantu-bantu di toko ini.” Dia baru ngeh, “Oh, anak baru ya?”

Setelah hari itu, gue bener-bener mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan toko ini. Tapi jujur aja, awalnya nggak gampang. Gue kadang ngerasa pengen teriak tiap hari karena mereka belum ada kekompakan sama sekali, semua sibuk sama tugas masing-masing. Tapi gue coba pendekatan satu per satu. Gue dengerin masalah mereka, ngelihat gimana mereka kerja, dan dari situ gue coba bikin pendekatan buat bikin kita jadi lebih solid sebagai tim.

Butuh waktu 8 bulan buat akhirnya kita jadi kompak. Gue mulai sering ngajak mereka brainstorming bareng buat ngebahas perkembangan toko, kita coba cari cara biar kerjaan lebih efisien, biar customer puas, dan biar toko ini lebih dikenal. Dari situ, gue bener-bener ngerasa kita jadi keluarga. Kita saling bantu satu sama lain, bahkan di luar urusan kerja. Dan sekarang, meskipun toko ini cuma kecil dan timnya terbatas, rasanya gue bener-bener punya tempat yang bisa gue sebut sebagai rumah kedua. Di sini, kita nggak cuma kerja, tapi juga belajar dan berkembang bareng.

» Thanks for reading: Dari Editor Hingga Serabutan: Adaptasi di Duatujuh Outdoor